Malam itu, 10 April 2015 tiba-tiba tellfonku berdering. Sebaris nama di layar benar-benar mengagetkan ku. Seorang senior yang telah lulus dan tidak ku tahu dimana keberadaannya, kita memang pernah dekat, tapi mungkin karena ia sang ketua diorganisasi, dan aku si junior rajin diorganisasi. Tak pantas rasanya berharap lebih. Telfon pertamanya setelah sekian lama benar-benar membuatku dag dig dug.
"Hallo, Assalamualaikum.." jawabku
"Waalaikummussalam Wr.Wb" jawabnya
"Ya, ada apa bang? Tumben nelfon tengah malam begini."
"Tidak apa-apa, hanya mau tes nomor saja, dikira sudah tidak aktif.."
Dan begitulah percakapan awal kita setelah sekian lama. malam itu,malam yang begitu panjang untuk kita. Tahukah kamu? hatiku tidak karuan saat itu. Begitu banyak pertanyaan berkecamuk di dalam hati. Ada apa? Rindukah ia? Bisakah kami dekat? Apa kabar pacarnya? Masihkah kalian bersama? Salahkah kita telfonan ini? Tapi kemudian, aku berkata dalam hati, apa salah kita? kita kan tidak mengobrol aneh-aneh hanya telfon wajar antara senior-junior akrab yang telah lama tak ada kabar. Malam itu, kita tertawa bersama, mengenang masa-masa lalu di kampus saat kamu ada. Bercerita tentang kabar hari ini.
Diantara candaan-candaan itu, diantara tawa-tawa itu, tahukah kamu ada hati yang kupaksa mati disini.
hingga, keluarlah kata-kata itu.
"Apa kabar skripsi nay?"
"Yaaah, jangan ditanya skripsi dong bang, masih apa kabar juga statusnya"
"Hahaaa. Kerjakanlah skripsi mu baik-baik, nanti ketuaan di kuliah, gag bakalan nikah? Ingat umur non"
"Yaelah, masih kecil bang, abang duluan deh. Insyaallah naya nyusul."
"Abang kan juga belum tua, lagipula mau nikah sama siapa? Belum ada calon. Sepertinya naya duluan deh "
"Yang lama? Apa kabar? Masa gag diakuin bang? gag baik lo. Hahaaaa. Naya sudah bilang bang, Naya masih kecil."
"Haahaaa, Tidak ada nay. Tidak lagi. Sudah lama itu. Memang umur naya berapa?"
"Tuh kan, ga ingat, lupa. yah, Maklum lah, senior. Junior ni mah apa atuh. Cukup untuk dilupakan"
"Bukannya dilupakan, lupa-lupa ingat abang. 94 kan? Tanggal berapa sih?"
"Kalau naya jawab, diberi hadiah ketika ultah nanti tidak?"
"OK"
"9 hari lagi"
"eh?? Hahaaa. OK ok. Tapi abang belum tahu kapan balik. Jadi bagaimana memberikannya?"
"Tenang, tanggal 30 Mei naya ke Pekanbaru, ada teman wisuda. Berikan di waktu itu saja."
-----Allah telah menuliskan kisah untuk setiap perjalanan manusia, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari. Tidak akan pernah tahu siapa yang akan datang dan pergi lima menit lagi. Tapi dengan caranya, kisahnya, seaneh apapun mungkin kejadiannya, semua selalu terjadi bagai air yang mengalir namun sarat makna disetiap alirannya.-----------------------------------
cerita segelas cappuccino
Kamis, 09 Juni 2016
Epilog
melihat waktu,
menghitung jarak, itu yang kulakukan untuk menunggu mu?
kisah kita yang masih dalam penggalan cerita,
baru kita ukir dan masih begitu banyak lembaran kosong
hadirmu, bagiku yang masih bagai mimpi-mimpi di hari semu
apa kabar?
sedang apa?
kegiatan hari ini apa saja?
kalimat tanya yang begitu flat dan mungkin membuat kita bosan menjalankan semua ini
ah, siapakah yang salah diantara kita? atau harus kah kita ganti pertanyaannya menjadi, ah, apakah yang salah dengan semua ini?
jawabannya sama : "entahlah"
kembali, pada rutinitas setiap hari kita. rutinitas membosankan yang mungkin satu sama lain diantara kita tak perlu lagi bertanya,
kita tahu jawabannya. atau mungkin kita telah hafal semua jadwal masing-masing
tapi, tetap saja, sekali saja tak ada sapaan membosankan setiap hari itu, membuat kita gundah jua.
bosankah ia padaku? sudahkah ia temukan seseorang lain di ujung sana? inikah akhr semua perjuangan kita?
menerima fakta: "LDR"
menghitung jarak, itu yang kulakukan untuk menunggu mu?
kisah kita yang masih dalam penggalan cerita,
baru kita ukir dan masih begitu banyak lembaran kosong
hadirmu, bagiku yang masih bagai mimpi-mimpi di hari semu
apa kabar?
sedang apa?
kegiatan hari ini apa saja?
kalimat tanya yang begitu flat dan mungkin membuat kita bosan menjalankan semua ini
ah, siapakah yang salah diantara kita? atau harus kah kita ganti pertanyaannya menjadi, ah, apakah yang salah dengan semua ini?
jawabannya sama : "entahlah"
kembali, pada rutinitas setiap hari kita. rutinitas membosankan yang mungkin satu sama lain diantara kita tak perlu lagi bertanya,
kita tahu jawabannya. atau mungkin kita telah hafal semua jadwal masing-masing
tapi, tetap saja, sekali saja tak ada sapaan membosankan setiap hari itu, membuat kita gundah jua.
bosankah ia padaku? sudahkah ia temukan seseorang lain di ujung sana? inikah akhr semua perjuangan kita?
menerima fakta: "LDR"
Langganan:
Komentar (Atom)